Pandemos 2020
Selamat pagi sahabat!
Sudah hampir satu tahun setelah postingan terakhir, aku belum menulis kembali. Oh, bukan! Aku selalu menulis, hanya saja tidak di sini.
Saat ini, dengan kondisi yang sedang terjadi hampir 3 bulan ini, sepertinya menjadi aktivitas baru bagiku untuk menambah koleksi draft di blog ini.
Pertama, bagaimana kabar semua sahabat dan keluarga? Masih betah untuk di rumah saja?
Percayalah, hold on, calm down. Sedikit lagi kita harus tahan. Nikmatilah apa yang ada di dekatmu sekarang karena bisa jadi selama ini hal-hal kecil di sekitar kita sering terabai bahkan tak diacuhkan. Misalnya saja menyapa tetangga. Seringkali dengan kesibukan yang kita miliki, sesapa antar rumah bisa saja terlupakan karena merasa masing-masing memiliki masalah sendiri dan merasa cukup mampu untuk mengatasi masalah tersebut sendiri pula.
Belum lagi jika tempat tinggal sekarang jauh dari keluarga, berapa kali kita sapa kabar dan keadaannya? Seminggu sekali pun belum tentu iya.
Kalau menurut aku, ditengah keadaan yang seperti sekarang ini penting banget buat melakukan inspeksi ke diri sendiri. Membedah satu per satu hal-hal yang sudah dilakukan selama hidup.
Sudah seperti apa hidup di bumi ini? Sudah seperti apa menjalani peran sebagai hamba, makhluk berakal, warga negara, anak, kakak, adik, pasangan, atau orang tua?
Yuk, temenin buat list "What am I grateful for" hehe.
What am I Grateful for are...
Sebagai hamba Tuhan, Allah SWT, aku bersyukur karena dengan adanya pandemi ini menjadikanku tersadar atas Kuasa-Mu, Keagungan-Mu, Kebaikan-Mu, bahkan bisa jadi aku persepsikan sebagai Kerinduan-Mu. Bisa jadi kan selama ini aku tidak menghamba dengan baik, menyelingkuhi Kepercayaan-Mu atas apa yang terjadi, bahkan meragukan Kebijaksanaan-Mu.
Sebenarnya, di bulan Maret ini aku berencana mengunjungi sebuah tempat yang "sampai saat ini belum selesai" aku ceritakan lewat blog ini. Aku ingin mengulang memori itu. Tapi, dengan jungkir-balik keadaan yang seakan memberi tanda kegagalan, dan pada akhirnya harus dituai kegagalan, sungguh membuat sedih pada awalnya. Embrace such a bad thing is not that easy, pals!
Tapi, jauh-jauh kedepan setelah pandemi ini menyerbu, aku sungguh sangat-sangat bersyukur. Ternyata Allah sesayang itu sama aku, sebegitunya melindungi aku, sebegitu rindunya mendengar doa-doa syukurku. Fix, I am an amateur servant to You, God :(
Sebagai makhluk yang dianugerahi akal untuk berpikir, aku pasti belum banyak memberi perhatian kepada makhluk lain yang tidak dianugerahi akal. Tumbuhan dan hewan. Inget banget pernah memelihara tanaman, tapi karena kesibukan jadi lupa memenuhi nutrisinya sehingga tumbuhan itu tak lama bisa bertahan hidup. Ada juga ikan peliharaan yang harus raib karena kecerobohan saat membersihkan wadahnya.
Memang benar, manusia itu serakus itu, seikut campur itu dalam kehidupan tumbuhan dan hewan. Padahal, misalnya dari awal aku membiarkan mereka semua tumbuh dan berkembang dalam habitat aslinya, mungkin keberlangsungan keturunan dan kehidupan mereka bisa lebih panjang.
Maka, saat pandemi seperti inilah tumbuhan dan hewan menertawakan manusia. Atas ulah kita sendiri. Mereka sekarang senang, menikmati bumi yang tenang.
Terimakasih kalian wahai tumbuhan dan hewan! Maafkan kami...
Yang terakhir, sebagai anak, kakak, dan adik, aku tak banyak bercengkrama bersama, tak banyak bersua, dan tak banyak bertatap. Lagi-lagi dengan dalih kesibukan, sering menafikan keharusan memberi kabar, bertegur sapa, dan saling mengapresiasi dengan baik. Selalu saja aku yang ingin dimengerti, selalu saja aku yang ingin ditanya lebih dulu kabarnya, selalu saja aku yang diberi apresiasi lebih dulu. Berkat pandemi ini, I am still learning about this :)
Sahabat, sudah pasti tidak hanya itu saja. Kenapa aku tulis terakhir? karena hanya sedikit manusia yang mampu memiliki kelapangan untuk bersyukur disaat mereka tidak baik-baik saja, dan aku masih berusaha menggapai itu. Sekaligus, nikmat Tuhan itu tidak terbatas, akal pikiran kita lah yang membatasi bahwa itu sebuah nikmat atau bukan.
Kalau versi aku seperti itu, versi kamu gimana sahabat?
Yuk, ketuk lebih banyak pintu langit untuk membuka pintu bumi :)
Komentar
Posting Komentar