Jumat, 15 Februari 2019

DELHI : Almost Gone

04.00 waktu setempat tanggal 22 Januari 2019.
Kami diizinkan masuk dan segera menuju ke counter maskapai.

Processing...

"Sorry, Mam. Your flight was being cancelled"
"Whaaaat!"

---
Kami bertatapan segera dengan belalak mata yang membesar.
Bayangan untuk memegang salju pertama kali seumur hidup hilang sudah. Berbulan-bulan kami merencanakan untuk perjalanan ini, mengorbankan banyak hal, menyisihkan kepentingan lain demi membuat indah perjalanan ini. Tapi, kenyataan ini benar-benar harus dihadapi. Tubuh yang semula berkekuatan 45 bak pahlawan yang siap perang, seketika mengendur, menekuk dan melemah. Agak lebay si, tapi perasaan sedih itu tidak bisa diungkapkan.


Indira Gandhi International Airport


"Why?"
Kakakku segera meminta penjelasan atas pembatalan penerbangan yang mendadak tersebut.
Aku hanya speechless, istighfar sebanyak-banyaknya. Berharap ada pertolongan Allah.

"No reasons. Flight to Srinagar was being cancelled until 26th of January, Mam"

"26th of January?"

Aku langsung mikir, mau apa 5 hari di Delhi sementara kami sudah memimpikan Kashmir lewat perjalanan ini dari tanggal 22-26 Januari. Lima hari yang sungguh berhasil diremas.
Kami masih terus mendesak kepada pihak maskapai alasan pembatalan penerbangan kami. Mengapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya? 

"Is this because of Republic Day of India?"
"Maybe, Mam"
"Is there any flight to Srinagar for tomorrow?"

Masih usaha untuk meminta kebijakan yang lebih baik.
"Sorry, Mam. No flights to Srinagar until 26th of January".

Makin lemas, tapi di sisi lain kami tidak menyerah.
Jadi sahabat, sama seperti bandara lainnya, di Bandara Indira Gandhi juga terdapat beberapa blok berbagai jenis counter maskapai. Kami mencoba bertanya ke semua maskapai dan semua jawabannya,
"Sorry, mam. All booked".

Di salah satu maskapai yang kami tanya tentang penerbangan ke Srinagar di hari itu atau keesokannya, ada satu maskapai yang masih ada seat. Tapi, harga flightnya tidak cukup di kantong kami. Jadi, yaa.. sudahlah.
Salah satu kendala yang membuat kami kebingungan bagaimana pergi ke Srinagar adalah transportasi. Sebenarnya, akses ke Srinagar tidak hanya dengan moda transportasi udara, lewat jalur darat pun bisa dijangkau. Namun, nekat menggunakan jalur darat juga berisiko tinggi karena pada musim dingin banyak jalur bus yang ditutup karena jalanan yang tertutup salju. Dan benar, salah satu teman kakakku dari Irlandia 1 hari lalu menuju Srinagar menggunakan bus tetapi diberhentikan di tengah jalan karena banyak jalur diblok.

Kami menjeda pikiran, hati, dan fakta yang ada. Melipir ke charging kiosk sembari mencoba berpikir lebih jernih.

Memang benar kata Allah,

"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS. Al Baqarah 216)

Kami menjejali pikiran bahwa pasti ada sesuatu yang direncanakan-Nya. Entah apa. Yang jelas, ini bagian dari pembelajaran hidup, sabar.

Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 06.00. Temperatur beranjak naik menuju 12 derajat celsius. Kami belum menemukan akan kemana kaki ditapakkan.
 

Tak lama berselang, kakakku segera menghubungi temannya yang ada di Jaipur dan Kashmir, berharap mereka memberi solusi kemana sebaiknya kami berjalan. Fyi, karena kami sama sekali tidak punya koneksi internet untuk menghubungi mereka (efek paket internet belum aktif dan WiFi bandara keburu habis limit 45 menitnya), kami terdesak untuk merogoh kocek untuk telepon di stand Airtel yang berbayar sekitar 500 rupee untuk durasi telepon sekitar 20 menit. Hiks! mereka pun tidak memberi solusi.

Dengan situasi bandara yang ramai orang, tidak satu pun kami temui penumpang yang gagal terbang ke Srinagar. Bahkan, tak satu pun pula kami lihat wajah oriental seperti kami di area keberangkatan.
Sembari terus berharap pertolongan Allah, kami bulatkan tekad kembali.
Mencoba bertanya ke counter maskapai penerbangan kami (lagi) bagaimana teknis merefund tiketnya. 

Sebenarnya, aku tidak tahu persis bagaimana kejadian setelah ini berlanjut, karena kebetulan aku dan kakakku bagi tugas, dia yang menuju counter, aku yang menunggu 2 backpack dan hp yang sedang dicharge.
 

Bola mataku berputar kesana-kemari sembari terus dan terus berharap akan keajaiban. 
Waktu berselang sekitar 15-20 menit. Dari jauh aku melihat kakakku berlari ke arahku sambil tersenyum semangat. Sungguh! aku berpikir akan ada kabar baik.


"De, aku ketemu orang Indonesia, dia juga sama dicancel penerbangan ke Srinagarnya. Mereka juga berdua dan minta reschedule di tanggal 25 Januari. Terus, kata petugasnya bisa. Gimana?"


"Yaudah, Mba. Kita reschedule juga aja. Yang penting ke Kashmir ๐Ÿ’š๐Ÿ’š"


Dengan syukur yang tiada terkira, Kashmir yang teremas kembali bisa kubuka.
Alhamdulillah!
Dan dari sini lah kami mulai berpetualang berempat bersama 2 traveler lelaki (IA) yang bernasib sama. Link cerita lengkap mereka bisa dilihat yaa sahabat :D


http://www.keninglebar.com/2019/02/drama-bollywood-india-mah-kalah.html


---

Keluar dari pintu keberangkatan domestik belum menyudahi keluarnya masalah ini. 
Kami berempat sama-sama terdampar, tidak tahu mau kemana karena putus koneksi internet. Alhasil, berkat ide mas IA yang mau berjalan menyusuri pintu kedatangan sambil cari-cari WiFi gratis ditengah dinginnya udara, berakhirlah kesedihan kami di tapakan pertama India. Kami bersyukur bertemu keluarga sebangsa dan setanah air, bahkan kami diberi tumpangan mobil untuk diangkut ke hostel mereka, sementara.


Ya! tentu sementara, karena kami masih belum tau kemana itinerary selanjutnya, yang utama dalam pikiran kami adalah, "cari koneksi internet".

Dalam perjalanan menuju hostel, kami merencanakan untuk menghubungi teman yang ada di Jaipur dan menumpang disana.

"Ya Allah, luluhkan hatinya, tampung kami dan lindungi kami. Amin."Begitu sampai di hostel mas IA, langsung saja nyelonong nanya ke resepsionis,

"Sorry, what is the WiFi passcode?" hehe

Kami segera ceritakan pengalaman beberapa jam yang lalu kepada teman kami yang ada di Jaipur. Alhamdulillah, dia juga sangat bahagia dan dengan senang hati memberi kami tempat tinggal. Dia sangat welcome dan menanti dengan bahagia ๐Ÿ˜Š, katanya.
 

Pukul 08.00, kami sudah on the way lagi menuju Stasiun Old Delhi menggunakan mobil travel mas IA, tentunya bersama mereka juga. Alasan kami menuju Stasiun Old Delhi adalah untuk mereschedule tiket kereta yang sudah kami booking online dari Indonesia dengan bantuan teman kami yang ada di Delhi. Sekalian juga kami ingin reschedule tiket yang awalnya direncanakan untuk pergi ke Agra.
Jalanan dari New Delhi menuju Old Delhi kian ber-gap. Orang-orang yang berjalan di sepanjang trotoar semula berpakaian modern, semakin mendekati daerah Old Delhi semakin terlihat khas orang India yang berpakaian tradisional. Karena suhu udara semakin turun, ditambah hujan badai kilat menyambar-nyambar, wajar saja semua orang yang berlalu lalang tertutup pakaian yang berlapis-lapis, hampir tak terlihat wajahnya. Suasana hati kami sedikit terhibur dan bahkan mungkin baru saat itu kami menyadari bahwa raga ini sudah di negara orang.

Sampailah kami di Stasiun Old Delhi. 



Old Delhi Station


Langit gelap. Hujan badai. Suhu 12 derajat celsius. Lampu stasiun remang-remang, bahkan ada yang berkedip-kedip. Semuanya lelaki. Sekitar 3-5 orang yang ada di dalam ruang tunggu pembelian tiket.



Wuaa...makin bersyukurlah kami karena bertemu dengan mas IA, tidak tahu bagaimana jadinya kami tanpa mereka.
Aku sangat merasa banyak puluhan mata memandang. Mungkin karena kami foreigner :) sedangkan di Old Delhi jarang berkeliaran foreigner seperti kami. Ibarat kata, aku sedang menunggu Commuter Line JKT di Stasiun Pondok Jati tiba-tiba melintas bule Kashmiri kali yaa...

Begitu masuk ke dalam, kami bingung harus kemana karena hanya sekitar 2 orang yang bertugas jaga loket. Yang paling membuat kami bingung adalah nama di setiap loket tertulis dalam bahasa Hindi. Hmm lengkap sudah.



One of ticket counter


Awalnya, kami bertanya ke salah satu petugas yang seumuran pakdheku, dia hanya geleng-geleng kepala. Oh, mungkin kurang fasih berbahasa Inggris. Beranjaklah kami ke petugas yang lain, terlihat sedikit lebih muda. Dengan khas gelengan orang India, sambil melambaikan tangan. Sama saja, mereka juga kurang memahami maksud kami. Akhirnya, kami mencari petugas keamanan dengan anggapan harusnya mereka bisa berbahasa Inggris.
Oke, mereka paham, tetapi ujung-ujungnya kami disuruh untuk masuk saja ke dalam dan bertanya langsung kepada petugas. Sama aja dong, bapaaak -_-

Belum menemukan titik temu. Kami mencoba melakukan observasi. Melihat orang yang akan membeli tiket dan bagaimana langkah-langkahnya.
Kami sempat membuntuti seseorang demi mengintip prosedur pemesanan tiket kereta. Dengan bahasa ba-bi-bu-be-bo alias sama-sama tidak paham, ada seseorang yang menyodori kami formulir pemesanan tiket untuk diisi.

"Sukriya!", tapi.... bahasa Hindi lageee -_-



Ada yang lucu, saking gemasnya kakakku tidak ada yang mengerti maksud kami, dia sampai bertanya dengan suara lantang,



"Anyone can speak in English???"

--HENING--

Aku hanya ngakak wkwk
Selang puluhan menit kemudian, kami melihat foreigner yang lebih paham bagaimana memesan tiket. Wajar, dia foreigner Kashmiri sepertinya. Akhirnya aku, kakakku, dan mas IA mengisi formulir pemesanan tiket khusus foreigner. Aku dan kakakku dari Old Delhi ke Jaipur sedangkan mas IA entah kemana aku lupa hehe.
Sudah kami isi lengkap sesuai identitas. 


Standar pengisian seperti memesan tiket kereta di Indonesia kok sahabat, jadi mudah. Hanya saja harus tahu nama kereta dan jam keberangkatan yang akan dipesan, tapi bisa dicek secara online kok di website www.irctc.co.in apakah kereta yang akan kita pesan masih available atau tidak.

Kami sodorkan saja ke petugas loket (anggap saja loket A). Fyi, pembelian tiket di sini tanpa antrean dan bebas, siapa cepat dia dapat. Begitu petugas loket A melihat formulir kami, dengan bahasa isyarat mereka meminta kami pindah ke loket B. Oke, kami ke loket B. Mengantre lagi, dan menyodorkan formulir pemesanan tiket ke petugas, lagi lagi petugas loket B meminta kami ke loket A. Oke, kami ke loket A kembali, sodorkan formulir, lagi-lagi ditolak. Jika mau dihitung, mungkin ada 5 kali kami bolak-balik.

"Why?"
Jelas, tanpa jawaban. Mereka tidak paham.


"Ya Allah... kudu gimana ini? tidak ada yang bisa menjelaskan ke kami apa yang salah dalam pengisian formulir..."
Tiba-tiba, seorang lelaki India tulen dan foreigner Kashmiri (tadi) menjelaskan kepada kami kalau tiket kereta yang kami pesan sudah tidak ada. Harus diganti dengan nama kereta yang lain. Dia juga membantu kami menjelaskan kepada petugas loket maksud dan tujuan kami. Huuu terharu ya Allah...


They helped us :D


Begitu sudah dijelaskan, kami tetap ditolak karena untuk menuju Jaipur harus membeli tiket di Stasiun New Delhi dan kembali lagi ke Stasiun Old Delhi untuk menaiki keretanya dari sana. Ya Allah... mana sanggup? Jarak kedua stasiun itu kan jauh. Kondisi di luar juga hujan lebat, dingin pula.
Keadaan semakin agak menyedihkan ketika tau formulir pemesanan tiket kereta mas IA diterima sedangkan kami tidak ๐Ÿ˜Ÿ

Kami benar-benar kurang paham, mengapa sesusah ini untuk membeli tiket kereta bagi foreigner.Sampai pukul 11.00 siang, kami masih terdampar di Stasiun Old Delhi, dan saat itulah kami berpisah dengan mas IA karena kami memutuskan untuk ke Jaipur menggunakan bus.
Untungnya kami sedikit dihibur dengan keadaan WiFi stasiun yang lumayan cepat, jadi bisa mengontak teman yang ada di Jaipur ๐Ÿ˜

Sekitar pukul 12.00 siang, kami putuskan untuk menggunakan moda transportasi mobil online menuju Inter State Bus Terminal (ISBT) Kashmere Gate yang berjarak tidak jauh dari  Stasiun Old Delhi. Ini juga atas saran teman kami.



Flood - on the way to ISBT Kashmere Gate


ISBT Kashmere Gate adalah semacam terminal bus yang kapan saja bisa dipesan tiketnya. Lewat terminal bus tersebut ada bus tujuan Jaipur. Jika di Indonesia mungkin seperti terminal bus Giwangan di Yogyakarta.



ISBT Kashmere Gate from outside


Bagi sahabat yang ingin membeli tiket bus ke Jaipur, begitu memasuki area terminal, harus melewati security check dahulu. Pengecekan dipisah antara lelaki dan perempuan. Setelah itu, turun ke LG dengan menggunakan lift. Begitu keluar, menuju ke kiri pintu lift dan mengantre pembelian tiket bus. Hanya ada satu PC yang digunakan untuk melayani seluruh penumpang, jadi lumayan lama mengantre. 

ISBT Kashmere Gate from inside


Kebetulan, saat itu koneksi internet di LG sedang buruk, sehingga kami diarahkan untuk naik kembali ke lantai G untuk membeli tiket di sana. Pembelian tiket bus sangat mudah bagi foreigner. Tidak perlu menunjukkan paspor, hanya menyebutkan nama saja sudah digenggaman tangan tiket bus menuju Jaipur๐Ÿ˜ƒ



Bus ticket from Delhi to Jaipur


Harga tiket untuk kelas yang kami naiki sebesar 705 rupee per person.


Saatnya berteman dengan local people ๐Ÿ’š


Kurangkum hari ini,


"Bagaimana aku begitu berani mengharap ridha-Mu, padahal aku masih tetap aku..."

"Dan bagaimana aku takkan mengharap, padahal Engkau masih tetap Engkau... Allah"



- to be continued-






Senin, 11 Februari 2019

Gagal Terbang di India

Hari ini aku bangun lebih awal. Terimakasih Allah, Engkau masih memberi kesempatan hidup untuk menjelajah bumi-Mu hari ini.

Aku sependapat dengan orang yang mengatakan bahwa bepergian adalah ibadah. Selain dia juga dalam keadaan safar, seharusnya kondisi itu juga membuat seseorang lebih banyak meminta perlindungan dalam perjalanan karena musibah dan kematian datang tanpa permisi.
Sebagaimana aku membaca ayat-Mu pada QS. Al-Mulk ayat 19 yang artinya; 

" Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."

Hanya berharap apa yang sedang aku lakukan sekarang selalu dalam pelukan ridha dan ampunan-Mu. Amin.

Perjalanan dari Jakarta Timur sampai Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng melesat cepat sekitar 50 menit menggunakan jasa angkutan mobil online pukul 3 pagi. Kali ini aku membersamai kakakku untuk melakukan beberapa proyek di sana. Memangnya dimana? 
Ya! Tempat dimana film Bajrangi Bhaijaan digarap, Kashmir. Kashmir adalah daerah di bagian Utara India yang secara politik dijelaskan sebagai wilayah yang lebih besar yang termasuk wilayah Jammu, Kashmir, dan Ladakh.

Sampai di bandara terminal 2F kami masih sempat untuk shalat shubuh di mushala bandara yang nyaman dan dingin. Pukul 06.22 kami telah usai melewati security check dan menunggu di lounge sampai waktu boarding pukul 08.30. Hari itu udara begitu dingin dan sedikit gerimis. 

Sebelum masuk ke security check, aku sempat bingung harus masuk pintu berapa karena di boarding pass kami tidak disebutkan nomor gatenya. Alhasil bolak-balik lah kami ke counter maskapai untuk menanyakan kejelasan gate yang seharusnya kami masuki. Oke, fyi, penerbangan Internasional untuk maskapai yang kami gunakan berada di 2D jadi yaa lumayan jalan banyak, terlebih backpack kami seberat 8 kg di punggung dengan tentengan winter cout yang lumayan memicu perhatian orang. Bagi sahabat yang menggunakan sepatu boats harap disiapkan tenaga untuk lepas pasang ketika melewati x-ray yaa :D

Bismillahi majreha wa mursaha...

Kebetulan tiket yang kumiliki harus transit dahulu ke Bandar Udara Kuala Lumpur 2 selama 6 jam. Tapi dengan fasilitas yang ditawarkan bandara di KL, tidak membuat kami begitu bosan, terlebih Wi-Fi bandara gaspol terus sampai 24 jam. Di Bandara KLIA2 ini banyak fasilitas yang menurutku unik, salah satunya tempat mandi yang bersih, nyaman dan segar. Pokoknya bener, bandara ini bandaranya para backpacker yang biasa dihinggapi para transitter dari banyak negara di dunia.

Kuala Lumpur International Airport 2

Kami menghabiskan 6 jam di bandara dengan mampir isi perut di foodcourt, window shopping, jalan-jalan mengelilingi bandara sambil cari spot untuk merebah, dan pastinya capturing the memories :') sambil merancang itinerary selanjutnya begitu sampai ke Delhi, India.

Uh, I can't help to hello-ing my childhood imagination๐Ÿ˜…

Setelah penantian 6 jam yang membahagiakan sambil charging hp, GoPro, dan kamera, kami memulai security check lagi di bandara ini.

Our airplane parked there


Bersama dengan penumpang lainnya, ini kali pertama aku satu pesawat dengan banyak bule, terutama bule berbrewok hihihi
Karena ini penerbangan terakhir menuju Delhi, jadi aku sengaja tidak banyak bicara dengan orang di sebelah. Tau kan alasannya apa? Yups! Tidur :')
Kurang lebih 5 jam penerbangan, di tengah-tengah perjalanan, entah di ketinggian berapa dan di daerah mana, sempat sekali pilot memperingatkan untuk mengencangkan sabuk pengaman karena turbulensi. Alhamdulillah tidak berlangsung lama, jadi bisa lanjut tidur lagi :')

"Dear all passengers, in few minutes we will arrive in Indira Gandhi International Airport..."

MasyaAllah, Alhamdulillah, Tabarakallah, Engkau jalankan kakiku sampai kesini. Thank you God!


My first step at I. G. I Airport

Perbedaan yang paling mencolok saat menapakan kaki di Bandar Udara Internasional Indira Gandhi adalah tidak ada lagi penyebutan "toilet" tapi "washroom", tentara bersenjata laras panjang mulai bertebaran dan bermekaran dimana-mana (mungkin karena pengamanan diperketat terkait Republic Day tanggal 26 Januari sudah mendekat), sinyal ada tapi paket internet tidak bekerja kecuali sahabat beli roaming dari Indonesia atau bisa juga beli paket internet di sini, bau masala dimana-mana, dan badan yang mulai menggigil karena suhu turun sampai 10-11°C.

Pengalaman pertama kami di bandara ini adalah gagal beli air mineral di vanding machine padahal uang 10 rupee udah masuk :( 
Yaa walaupun 10 rupee setara dengan 2500 rupiah, tapi tetap saja uang. Oke, leave it!

Kami bergerak menuju Imigrasi untuk VOA (Visa on Arrival) yang mengantre lumayan banyak. Jadi di VOA I.G.I Airport dibagi dua, satu untuk stamped visa, satu untuk e-visa. Nah, kebetulan kami menggunakan e-visa jadi antrean lumayan tidak sebanyak stamped visa. Oya, visa Indonesia ke India 0 rupiah ya, jadi saranku kalau sahabat mau berkunjung ke India lebih praktis dan mudah pakai e-visa saja :)

Aku mulai tegang, soalnya dari lahir sidik jariku itu agak susah terbaca, terlalu tipis mungkin yaa, tapi disyukuri saja dan berdoa semoga pas pengecekan sidik jari tidak memakan waktu yang lama.
Hiya... Setelah wawancara singkat tentang itinerary di India oleh petugas imigrasi, diambil gambar, sampailah ke pengecekan sidik jari. Kakakku yang cukup 5 menit ditanya ini-itu dan pengecekan, aku tertahan hampir 20 menit. Aku bisa melihat wajah petugas imigrasi yang sudah lelah dengan tanganku yang bolak-balik nambahin handsanitizer, mengelap papan baca, tapi... Failed!

"Ya Allah apa akan ada orang gagal masuk India karena sidik jari lama terbaca? Hmm shalawat aja aku banyak-banyak"

And...finally! Alhamdulillaah! Lolos!
Welcome to India๐Ÿ˜Ž


Indira Gandhi International Airport

Jam menunjukkan pukul 00.00 waktu setempat dengan perbedaan waktu 2 jam dari Indonesia. Hal pertama yang kami lakukan adalah membeli paket internet karena provider yang kami pakai tidak bekerja di sana dan hasil hitungan kami lebih mending membeli paket internet di sana seharga 1000 rupee. Provider yang kami beli adalah Airtel, dimana persyaratan untuk memiliki nomor ponsel India adalah harus: isi form registrasi, di foto petugas providernya, bayar 1000 rupee, tapi... aktif 12 jam kemudian. Oke, kami terima karena ada WiFi di bandara ini, meskipun hanya 45 menit dengan login nomor ponsel terlebih dahulu.

Setelah beli paket internet, kami isi perut sebentar dengan minum air mineral, permen, dan sebungkus coklat, berdua. Kebetulan kami memang sedang tidak nafsu makan, entah mengapa.

Itinerary pertama kami adalah Srinagar, jadi kami harus mengambil jalur transfer penerbangan domestik untuk penerbangan paling pagi Delhi-Srinagar. Untuk berjaga-jaga kami segera mencari counter maskapai penerbangan yang kami gunakan untuk melakukan web-check-in, namun sudah mutar-muter kesana kemari kami tidak menemukan dimana itu counter berada. 
Rupanya dari tempat kami keluar, pintu kedatangan, harus berjalan ke pojok sebelah paling kanan bandara untuk masuk ke pintu keberangkatan domestik. Saat menuju kesana, kakakku melihat 2 petugas maskapai penerbangan yang kami pakai dan segera menanyakan penerbangan kami ke Srinagar.
Kakakku sempat mendengar kata "cancel" namun dalam bahasa Hindi. Segera kutepis pikiran itu, barangkali kakakku salah dengar.

Lanjut ke security check menuju pintu keberangkatan. Kami sempat ditanya oleh tentara, 
"Where is your luggage?"
"Here you are (sambil nunjuk ke backpack kami)"
"Only this?"
"Yes, sir"

Mereka heran kali ya ke daerah yang lagi heavy snow cuma bawa satu backpack hehe. Kita sendiri juga bingung :')

Kakakku segera menuju counter maskapai penerbangan kami dan sayangnya belum ada petugas. Oke, kami menunggu sampai jam 4 pagi sambil gegoleran di ruang tunggu. Fix, ada untungnya aku tidur di pesawat lama :')


Sleeping a while

Sambil menunggu sekitar 3,5 jam, kami coba-coba untuk check-in web, namun menurut webnya kami tidak diizinkan untuk check-in melalui web karena sisa seat yang ada adalah emergency exit door sehingga pihak maskapai harus memastikan persyaratan penumpang yang duduk di kursi itu.

Yasudah, kami benar-benar menunggu sampai jam 4 sambil menggigil kedinginan.

04.00 waktu setempat tanggal 22 Januari 2019.
Kami diizinkan masuk dan segera menuju ke counter maskapai.

Processing...

"Sorry, Mam. Your flight was being cancelled"
"Whaaaat!"

-to be continued-


End 2021 : Drop Some Words

Assalamu'alaikum sahabat, lama tidak saya sapa. Semoga selalu sehat dan baik dalam hidup Anda semua. Amin. Sejujurnya, saya sedang memik...