Rabu, 19 Juni 2019

I Need Your Help

I've been waiting
I've been hurting
Cause I've been falling
I need your help

My heart is breaking
So tired of crying
Lord I'm calling
I need your help

I dont wanna fight no more
I dont wanna fight this war
Forgive me Allah



I'm so broken
My wounds are open
My life is frozen
I need your help
Cause people always let me down
I'm losing all my air right now
I'm suffocating out my drown
I need your help
Forgive me Allah

I dont wanna run anymore
Forgive me Lord dont close your door
I promise I surrender
I'm giving you my heart and my soul
I've been thinking about my past
I wanna say I found you Lord at last
I just wanna tell you that already love you
I know you'll always be by my side
Forgive me Allah

Senin, 13 Mei 2019

Tears...

The way of tears
is the way to comfort
Sigh my friend so you can rest
and make emotional supplication in private
The universe will compass your voice



and by the will of Allah all wounds heal
and the broken and wounded hearts recover
and the sick and ill become full of strength again
while before they laid there sick



with remembering Allah
life becomes pleasant
the glance of a bright face will shine again
to Allah we have returned
and under His refuge we shelter
to end a scarce and a harsh era

-M.A.M

Minggu, 21 April 2019

AGRA : Tremendeous Fog in Taj Mahal

Memang masih melekat. Meskipun beberapa bulan telah lewat.

23 Januari 2019, pukul 18.30 waktu Rajashtan. Suhu udara masih berada di kisaran 15-16°C.
Selepas kami berkunjung ke tempat kerja teman, kami kembali ke flat untuk berkemas mengambil backpack.
Dengan segala kebaikannya, meskipun sedang tidak dalam kondisi sehat, dia tetap mau mengantar kami menuju tempat agen-agen bus.
Awalnya, kami keukeuh ingin menggunakan kereta ke Agra, tapi teman kami tidak menyarankan itu karena efisiensi waktu. Sejujurnya alasan kenapa lebih memilih menggunakan kereta adalah karena kami takut naik bus malam-malam. Dimana posisi sekarang tidak ada teman yang kami kenal di Agra. Tapi, dia tetap meyakinkan bahwa kami akan aman. Dengan segala usaha untuk menghilangkan perasaan takut tersebut, kami memutuskan untuk meng-iyakan.

Kepergian kami dari Jaipur dengan bus tidak melalui terminal seperti saat kami bertolak dari Delhi, tetapi kami diantarkan ke agen-agen bus di pinggir jalan yang sepertinya memang banyak penumpang naik dan turun di tempat tersebut. 

Ramainyaa...masyaAllah.

Lagi lagi kami sangat bersyukur dengan keberadaan teman kami, karena semua tulisan yang tertera di bus menggunakan bahasa Hindi, sehingga tidak akan paham kemana tujuan dari bus yang akan kita naiki. Namun, jika sahabat ingin naik melewati ISBT di Jaipur dengan memesan tiket sendiri juga bisa jadi pilihan atau lebih mudah lagi booking via redBus.
Menunggu sekitar 10 menit. Bus kami belum nampak.
Percaya atau tidak, kami belum makan apapun setelah tapakan pertama di Jaipur, paani-puuri. 

Tak lama berselang, bus Jaipur-Agra telah berhenti di depan kami. Kami segera naik dan berpisah dengan teman baik. 
I hope that wasnt my last time.

Perjalanan menggunakan bus kali ini agak berbeda dengan sebelumnya. Agak sedikit was-was, pasalnya tidak ada perempuan selain kami yang berada di dalamnya, jadi kami berjaga bergantian untuk tidur. Gelap dan dingin mencekat. Nampak jarang gemerlap lampu di sepanjang jalan. Sepertinya Agra akan lebih menantang. 

Benar saja, di tengah perjalanan bus kami berhenti di rest area daerah Mahwa, Tekra. Kondektur bus mempersilakan seluruh penumpang untuk turun. Washroom nya sepi, gelap, tidak begitu bersih dan agak tidak sedap baunya. Penerangan di sekitar rest area tersebut juga tidak banyak.

Freezing!
Sembari menunggu penumpang yang lain, kami booking hotel di sekitar Taj Mahal, sebisa mungkin tak terlalu jauh dan yang paling utama itu...murah hihi 
Selama perjalanan dari Jaipur menuju Agra, kami memonitor lewat gmaps dan sekitar 10 menit sebelum sampai ke hotel kami sudah memberitahukan ke kondektur dimana kami turun. Mamu -red paman yang jadi kondekturnya baik banget, meskipun tidak terlalu paham bahasa Inggris dia tetap mau menunjukan arah kemana kami seharusnya turun. Alhasil kami diturunkan di dekat salah seorang driver rikshaw. Mungkin kalo pake ilmu kirologi (ilmu kira-kira) begini percakapannya;

Kondektur : Bro, ini ada turis mau ke Hotel Sheela, anterin yaa
Driver rikshaw : Yoi, beres aman lah 😎

Fyi, Hotel Sheela ini hotel paling deket dengan Taj Mahal. Dia ada di East Gate, selain deket, murah juga. Alhamdulillah...


Pukul 22.50 waktu setempat, naik rikshaw dengan hembusan angin malam gelap, dingin parah, parah dinginnya, belum siap pakai baju tebal, belum makan, mengantuk, tapi harus tetap waspada. Pengalaman yang super nekat senekat-nekatnya. Terimakasih Allah, Engkau jaga kami dengan Penjagaan-Mu yang Baik. 

Sekitar 20 menit gigi kami bergemeretuk, akhirnya rikshaw berhenti di dekat hotel kami. Jadi karena kami sudah memasuki daerah yang suci dan mulia maka tidak diperbolehkan kendaraan masuk sampai ke daerah Taj Mahal. So, sekitar 1 km kami harus berjalan menuju Hotel Sheela. Lumayanlah keluar keringat sedikit sambil menghangatkan badan. 

Kebetulan, kami bersama 2 turis dari Malaysia dan Singapura ketika check-in di Hotel Sheela jadi tidak berasa sendirian.


Seusai berkutat dengan administrator hotel, masuklah kami ke kamar. Syukurlah, badan ini bisa merebah dengan baik. Dingin super dingin. Ibarat kata, tidur di dalam freezer lemari es, cuci muka dan bebersih dengan air es. Parah dinginnya ya Allaah...
Di dalam kamar tapi berasa di luar. Hembusan napas kami sampai terlihat jelas di udara, saking dinginnya. 

----

January 24th 2019, 5 a.m.

Samar di telinga kudengar panggilan-Mu. Masih setengah sadar, mataku sedikit kubuka. Ya Rabb, terimakasih atas nikmat hidup. Aku kira aku tak sanggup menahan dinginnya udara semalam. Tetapi... Ada yang benar-benar menentramkan dan mengharukan. Aku mendengar adzan, panggilan-Mu setelah beberapa hari tak kudengar. Alhamdulillah.


On the way to the Gate of Taj Mahal


Agra, kau mengharukan.
Kami bergegas menuju Taj Mahal selepas shubuh.
Begitu keluar kamar, kabut masih mengudara dan menebal. Bahkan jarak pandang hanya satu meter saja. Dingin. Kulirik suhu lewat ponselku, 7°C. Pantas saja.

Syahdu, tentram dan khidmat. Aku tak kuasa menahan buliran air mata. Sebentar lagi aku akan melihat salah satu dari tujuh keajaiban di dunia (menurut manusia) dengan izin-Mu. MasyaAllah...
Hanya berjalan sekitar 5 menit, kami sudah sampai di East Gate. Mengantri membeli tiket dan sudah mulai banyak tourguide yang menawarkan jasa. Tapi kami memilih untuk tidak menggunakannya. Terlepas dari alasan penghematan budget, kami ingin menyelami perjalanan di Taj Mahal dengan leluasa dan tak terburu-buru.

Tiket masuk ke Taj Mahal sebesar 1300 rupee per person sudah include alas sepatu dan air mineral. Bangunan ikonik ini memang belum lama dinaikan tarif masuk baik bagi turis lokal maupun turis internasional. Hal tersebut sengaja diberlakukan untuk membatasi jumlah pengunjung situs warisan dunia UNESCO tersebut. 

Tapi jangan salah, kami kira belum banyak pengunjung datang, ternyata kami sudah harus antre panjang. Oiya, demi peningkatan keamanan dan penjagaan kesucian serta kebersihan, setiap turis wajib digeledah. Yap semuanya. Karena kami baru tahu, permen yang kami beli di Bandara Indira Ghandi juga ikut raib. Padahal kan kan lumayan untuk sarapanπŸ™ˆ



Shoe case


Selesai security check, begitu melihat pintu gerbangnya....

Wuaaaa masyaAllah...

TIDAK TERLIHAT!

🀣

Kabutnya begitu tebal


Kabut tebal yang menyelimuti


Tapi mungkin ini cara Allah biar kami stay lebih lama di sini sembari menunggu kabut hilang. Yaa walaupun diluar ekspektasi, tapi tak apalah.
Begitu kami masuk ke pintu gerbangnya, rasa syukur yang tiada terkira memenuhi dada kami. 


Waiting almost over...




Perjalanan yang memang kami niatkan untuk taqarrub sungguh Engkau bingkai dengan sangat indah. Rasa syukur yang tiada terkira, menarik ke belakang perjalanan yang hampir saja tidak terealisasi, justru Kau penuhi dengan sarat isi. 

Begitu melihat sisi samping kanan dan kiri pintu gerbang, sudah Kau sambut dengan perkataan-Mu dalam surah kalam-Mu. 


Can you read it?

Mesmerize



Bangunan berjuta marmer yang indah. 






 Tetiba teringat tujuan utama datang ke India saat liat banyak monyet berkeliaran, Kashmir. 
Selepas ini, semoga Kau tuntun jalan kami. Aamin.



Bajrangbali dalam Film Bajrangi Bhaijan


Terlepas dari hanya buatan manusia, hasrat yang Engkau hadirkan dari seorang lelaki kepada seorang perempuan sungguh nyata aku lihat kesungguhannya. Setiap bentuk yang simetris, yang dipahat dengan tangan. Ini semua adalah kuasa-Mu.




Bahkan ketika di dalam makam, bangunan ini didesain dengan penuh romansa cinta. Gaungan yang tercipta sungguh indah. Sayang, dilarang mengambil gambar dan video. Jadi, sahabat harus kesana ya πŸ€—

Tak sedikit kulihat bule bule jomblo yang mematung memandang sekeliling. Mengekshalasi dan inhalasi romansa cinta di setiap bangunan, taman dan artefak Taj Mahal. 





Tak sedikit pula kulihat pasangan yang menghidupkan dan menambah romansa cinta mereka sembari mempersiapkan foto pranikah.




Tak jua melulu tentang pasangan, kasih dan sayang seorang bapak untuk putrinya, ibu untuk anaknya, guru untuk muridnya tergambar jelas di setiap sudut Taj Mahal. Tak terlupa pula, kerekatan batin kakak kepada adik dan adik kepada kakak, seperti kami πŸ’š


Sleep tight dear

Hold my hands

Stay in line


Meskipun huru hara saat kami berkunjung begitu tumpah ruah, tidak mengurangi sedikitpun rasa cinta yang melekat pada Taj Mahal. 

Meskipun sampai pukul 2 siang kabut tak kunjung hilang, suhu udara masih tetap di angka 9°C, kami tetap menikmati perjalanan cinta di Taj Mahal🌹

Dan yang paling paripurna adalah kecintaan Engkau kepada hamba-Mu yang tak kunjung habis meski pengkhianatan terus kami berikan. Ampuni kami masih jadi hamba amatiran.







- to be continued





Kamis, 28 Maret 2019

Back to You

I've been ungrateful
For much my life
I wasn't faithful
For all this time

I feel ashamed Lord
For the things I've done
Since I've been falling all this time
Cause I haven't had peace in so long
And I couldn't seem to go on

But now,
I can feel it through you
And I will never and ever forsake anything
And I follow this path back to you


O Allah, 
I ask you for guidance,
For piety,
Modesty,
And self-sufficiency

O Lord,
My heart couldn't see all the truth of this life
I was caught in this world
With a seal on my eyes
Then Allah, You showed me
All the truth of this life

Now I follow this path
Till the end of my time

-Siedd

Sabtu, 02 Maret 2019

JAIPUR : Picturesque Crowd

"Bagaimana aku begitu berani mengharap ridha-Mu, padahal aku masih tetap aku..."

"Dan bagaimana aku takkan mengharap, padahal Engkau masih tetap Engkau... Allah"


Perjalanan baru akan dimulai. Potret kehidupan masyarakat Delhi bisa kami nikmati dari dalam bus. Bus yang kami naiki cukup nyaman, mungkin terlampau nyaman jika dibandingkan dengan bayanganku sebelumnya. Fasilitas yang ditawarkan juga cukup lengkap seperti AC dan tempat pengisian baterai (ini penting). 


Begitu kami mendapatkan tiket bus, kami segera mencari tempat duduk sesuai nomor seat  yang tertera di tiket. Tidak sampai terisi penuh penumpang, sopir telah menarik kemudi, dan tidak berselang lama kondektur bus mengecek ke masing-masing tempat duduk penumpang. Ada hal yang berbeda dari bus di India, yaitu aturan yang melarang semua penumpang untuk menutup gorden apapun kondisinya. Alasan pastinya aku juga kurang tahu, tapi menurutku demi kepentingan keamanan penumpang, sehingga orang di luar bus bisa melihat apa yang terjadi di dalam bus angkutan umum. 



Bus melaju dengan kencang , mungkin sekitar 80 km/jam. Kami menikmati pemandangan di sisi kanan dan kiri jalan. Matahari bersinar terang, tetapi dinginnya udara tetap menusuk ke badan kami. Selama 2 jam pertama kami masih begitu menikmati pemandangan sekitar, namun setelahnya... badan kami memaksa untuk rehat sejenak. Dan... tidur πŸ˜…


Masih hangat di pikiranku, "bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana mata, telinga, bahkan perut tak lagi merasa lelah. Tiada daya dan upaya selain dari Dia Yang Maha Baik. Bahkan, entah mengapa sampai pukul 16.30 waktu India kami belum merasa lapar. Mungkin rasa itu tiba-tiba dihilangkan, karena Allah tahu kami sudah tak lagi banyak mengantongi rupee, hehe. 
Selalu, thank you God!" 

Jumat, 15 Februari 2019

DELHI : Almost Gone

04.00 waktu setempat tanggal 22 Januari 2019.
Kami diizinkan masuk dan segera menuju ke counter maskapai.

Processing...

"Sorry, Mam. Your flight was being cancelled"
"Whaaaat!"

---
Kami bertatapan segera dengan belalak mata yang membesar.
Bayangan untuk memegang salju pertama kali seumur hidup hilang sudah. Berbulan-bulan kami merencanakan untuk perjalanan ini, mengorbankan banyak hal, menyisihkan kepentingan lain demi membuat indah perjalanan ini. Tapi, kenyataan ini benar-benar harus dihadapi. Tubuh yang semula berkekuatan 45 bak pahlawan yang siap perang, seketika mengendur, menekuk dan melemah. Agak lebay si, tapi perasaan sedih itu tidak bisa diungkapkan.


Indira Gandhi International Airport


"Why?"
Kakakku segera meminta penjelasan atas pembatalan penerbangan yang mendadak tersebut.
Aku hanya speechless, istighfar sebanyak-banyaknya. Berharap ada pertolongan Allah.

"No reasons. Flight to Srinagar was being cancelled until 26th of January, Mam"

"26th of January?"

Aku langsung mikir, mau apa 5 hari di Delhi sementara kami sudah memimpikan Kashmir lewat perjalanan ini dari tanggal 22-26 Januari. Lima hari yang sungguh berhasil diremas.
Kami masih terus mendesak kepada pihak maskapai alasan pembatalan penerbangan kami. Mengapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya? 

"Is this because of Republic Day of India?"
"Maybe, Mam"
"Is there any flight to Srinagar for tomorrow?"

Masih usaha untuk meminta kebijakan yang lebih baik.
"Sorry, Mam. No flights to Srinagar until 26th of January".

Makin lemas, tapi di sisi lain kami tidak menyerah.
Jadi sahabat, sama seperti bandara lainnya, di Bandara Indira Gandhi juga terdapat beberapa blok berbagai jenis counter maskapai. Kami mencoba bertanya ke semua maskapai dan semua jawabannya,
"Sorry, mam. All booked".

Di salah satu maskapai yang kami tanya tentang penerbangan ke Srinagar di hari itu atau keesokannya, ada satu maskapai yang masih ada seat. Tapi, harga flightnya tidak cukup di kantong kami. Jadi, yaa.. sudahlah.
Salah satu kendala yang membuat kami kebingungan bagaimana pergi ke Srinagar adalah transportasi. Sebenarnya, akses ke Srinagar tidak hanya dengan moda transportasi udara, lewat jalur darat pun bisa dijangkau. Namun, nekat menggunakan jalur darat juga berisiko tinggi karena pada musim dingin banyak jalur bus yang ditutup karena jalanan yang tertutup salju. Dan benar, salah satu teman kakakku dari Irlandia 1 hari lalu menuju Srinagar menggunakan bus tetapi diberhentikan di tengah jalan karena banyak jalur diblok.

Kami menjeda pikiran, hati, dan fakta yang ada. Melipir ke charging kiosk sembari mencoba berpikir lebih jernih.

Memang benar kata Allah,

"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS. Al Baqarah 216)

Kami menjejali pikiran bahwa pasti ada sesuatu yang direncanakan-Nya. Entah apa. Yang jelas, ini bagian dari pembelajaran hidup, sabar.

Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 06.00. Temperatur beranjak naik menuju 12 derajat celsius. Kami belum menemukan akan kemana kaki ditapakkan.
 

Tak lama berselang, kakakku segera menghubungi temannya yang ada di Jaipur dan Kashmir, berharap mereka memberi solusi kemana sebaiknya kami berjalan. Fyi, karena kami sama sekali tidak punya koneksi internet untuk menghubungi mereka (efek paket internet belum aktif dan WiFi bandara keburu habis limit 45 menitnya), kami terdesak untuk merogoh kocek untuk telepon di stand Airtel yang berbayar sekitar 500 rupee untuk durasi telepon sekitar 20 menit. Hiks! mereka pun tidak memberi solusi.

Dengan situasi bandara yang ramai orang, tidak satu pun kami temui penumpang yang gagal terbang ke Srinagar. Bahkan, tak satu pun pula kami lihat wajah oriental seperti kami di area keberangkatan.
Sembari terus berharap pertolongan Allah, kami bulatkan tekad kembali.
Mencoba bertanya ke counter maskapai penerbangan kami (lagi) bagaimana teknis merefund tiketnya. 

Sebenarnya, aku tidak tahu persis bagaimana kejadian setelah ini berlanjut, karena kebetulan aku dan kakakku bagi tugas, dia yang menuju counter, aku yang menunggu 2 backpack dan hp yang sedang dicharge.
 

Bola mataku berputar kesana-kemari sembari terus dan terus berharap akan keajaiban. 
Waktu berselang sekitar 15-20 menit. Dari jauh aku melihat kakakku berlari ke arahku sambil tersenyum semangat. Sungguh! aku berpikir akan ada kabar baik.


"De, aku ketemu orang Indonesia, dia juga sama dicancel penerbangan ke Srinagarnya. Mereka juga berdua dan minta reschedule di tanggal 25 Januari. Terus, kata petugasnya bisa. Gimana?"


"Yaudah, Mba. Kita reschedule juga aja. Yang penting ke Kashmir πŸ’šπŸ’š"


Dengan syukur yang tiada terkira, Kashmir yang teremas kembali bisa kubuka.
Alhamdulillah!
Dan dari sini lah kami mulai berpetualang berempat bersama 2 traveler lelaki (IA) yang bernasib sama. Link cerita lengkap mereka bisa dilihat yaa sahabat :D


http://www.keninglebar.com/2019/02/drama-bollywood-india-mah-kalah.html


---

Keluar dari pintu keberangkatan domestik belum menyudahi keluarnya masalah ini. 
Kami berempat sama-sama terdampar, tidak tahu mau kemana karena putus koneksi internet. Alhasil, berkat ide mas IA yang mau berjalan menyusuri pintu kedatangan sambil cari-cari WiFi gratis ditengah dinginnya udara, berakhirlah kesedihan kami di tapakan pertama India. Kami bersyukur bertemu keluarga sebangsa dan setanah air, bahkan kami diberi tumpangan mobil untuk diangkut ke hostel mereka, sementara.


Ya! tentu sementara, karena kami masih belum tau kemana itinerary selanjutnya, yang utama dalam pikiran kami adalah, "cari koneksi internet".

Dalam perjalanan menuju hostel, kami merencanakan untuk menghubungi teman yang ada di Jaipur dan menumpang disana.

"Ya Allah, luluhkan hatinya, tampung kami dan lindungi kami. Amin."Begitu sampai di hostel mas IA, langsung saja nyelonong nanya ke resepsionis,

"Sorry, what is the WiFi passcode?" hehe

Kami segera ceritakan pengalaman beberapa jam yang lalu kepada teman kami yang ada di Jaipur. Alhamdulillah, dia juga sangat bahagia dan dengan senang hati memberi kami tempat tinggal. Dia sangat welcome dan menanti dengan bahagia 😊, katanya.
 

Pukul 08.00, kami sudah on the way lagi menuju Stasiun Old Delhi menggunakan mobil travel mas IA, tentunya bersama mereka juga. Alasan kami menuju Stasiun Old Delhi adalah untuk mereschedule tiket kereta yang sudah kami booking online dari Indonesia dengan bantuan teman kami yang ada di Delhi. Sekalian juga kami ingin reschedule tiket yang awalnya direncanakan untuk pergi ke Agra.
Jalanan dari New Delhi menuju Old Delhi kian ber-gap. Orang-orang yang berjalan di sepanjang trotoar semula berpakaian modern, semakin mendekati daerah Old Delhi semakin terlihat khas orang India yang berpakaian tradisional. Karena suhu udara semakin turun, ditambah hujan badai kilat menyambar-nyambar, wajar saja semua orang yang berlalu lalang tertutup pakaian yang berlapis-lapis, hampir tak terlihat wajahnya. Suasana hati kami sedikit terhibur dan bahkan mungkin baru saat itu kami menyadari bahwa raga ini sudah di negara orang.

Sampailah kami di Stasiun Old Delhi. 



Old Delhi Station


Langit gelap. Hujan badai. Suhu 12 derajat celsius. Lampu stasiun remang-remang, bahkan ada yang berkedip-kedip. Semuanya lelaki. Sekitar 3-5 orang yang ada di dalam ruang tunggu pembelian tiket.



Wuaa...makin bersyukurlah kami karena bertemu dengan mas IA, tidak tahu bagaimana jadinya kami tanpa mereka.
Aku sangat merasa banyak puluhan mata memandang. Mungkin karena kami foreigner :) sedangkan di Old Delhi jarang berkeliaran foreigner seperti kami. Ibarat kata, aku sedang menunggu Commuter Line JKT di Stasiun Pondok Jati tiba-tiba melintas bule Kashmiri kali yaa...

Begitu masuk ke dalam, kami bingung harus kemana karena hanya sekitar 2 orang yang bertugas jaga loket. Yang paling membuat kami bingung adalah nama di setiap loket tertulis dalam bahasa Hindi. Hmm lengkap sudah.



One of ticket counter


Awalnya, kami bertanya ke salah satu petugas yang seumuran pakdheku, dia hanya geleng-geleng kepala. Oh, mungkin kurang fasih berbahasa Inggris. Beranjaklah kami ke petugas yang lain, terlihat sedikit lebih muda. Dengan khas gelengan orang India, sambil melambaikan tangan. Sama saja, mereka juga kurang memahami maksud kami. Akhirnya, kami mencari petugas keamanan dengan anggapan harusnya mereka bisa berbahasa Inggris.
Oke, mereka paham, tetapi ujung-ujungnya kami disuruh untuk masuk saja ke dalam dan bertanya langsung kepada petugas. Sama aja dong, bapaaak -_-

Belum menemukan titik temu. Kami mencoba melakukan observasi. Melihat orang yang akan membeli tiket dan bagaimana langkah-langkahnya.
Kami sempat membuntuti seseorang demi mengintip prosedur pemesanan tiket kereta. Dengan bahasa ba-bi-bu-be-bo alias sama-sama tidak paham, ada seseorang yang menyodori kami formulir pemesanan tiket untuk diisi.

"Sukriya!", tapi.... bahasa Hindi lageee -_-



Ada yang lucu, saking gemasnya kakakku tidak ada yang mengerti maksud kami, dia sampai bertanya dengan suara lantang,



"Anyone can speak in English???"

--HENING--

Aku hanya ngakak wkwk
Selang puluhan menit kemudian, kami melihat foreigner yang lebih paham bagaimana memesan tiket. Wajar, dia foreigner Kashmiri sepertinya. Akhirnya aku, kakakku, dan mas IA mengisi formulir pemesanan tiket khusus foreigner. Aku dan kakakku dari Old Delhi ke Jaipur sedangkan mas IA entah kemana aku lupa hehe.
Sudah kami isi lengkap sesuai identitas. 


Standar pengisian seperti memesan tiket kereta di Indonesia kok sahabat, jadi mudah. Hanya saja harus tahu nama kereta dan jam keberangkatan yang akan dipesan, tapi bisa dicek secara online kok di website www.irctc.co.in apakah kereta yang akan kita pesan masih available atau tidak.

Kami sodorkan saja ke petugas loket (anggap saja loket A). Fyi, pembelian tiket di sini tanpa antrean dan bebas, siapa cepat dia dapat. Begitu petugas loket A melihat formulir kami, dengan bahasa isyarat mereka meminta kami pindah ke loket B. Oke, kami ke loket B. Mengantre lagi, dan menyodorkan formulir pemesanan tiket ke petugas, lagi lagi petugas loket B meminta kami ke loket A. Oke, kami ke loket A kembali, sodorkan formulir, lagi-lagi ditolak. Jika mau dihitung, mungkin ada 5 kali kami bolak-balik.

"Why?"
Jelas, tanpa jawaban. Mereka tidak paham.


"Ya Allah... kudu gimana ini? tidak ada yang bisa menjelaskan ke kami apa yang salah dalam pengisian formulir..."
Tiba-tiba, seorang lelaki India tulen dan foreigner Kashmiri (tadi) menjelaskan kepada kami kalau tiket kereta yang kami pesan sudah tidak ada. Harus diganti dengan nama kereta yang lain. Dia juga membantu kami menjelaskan kepada petugas loket maksud dan tujuan kami. Huuu terharu ya Allah...


They helped us :D


Begitu sudah dijelaskan, kami tetap ditolak karena untuk menuju Jaipur harus membeli tiket di Stasiun New Delhi dan kembali lagi ke Stasiun Old Delhi untuk menaiki keretanya dari sana. Ya Allah... mana sanggup? Jarak kedua stasiun itu kan jauh. Kondisi di luar juga hujan lebat, dingin pula.
Keadaan semakin agak menyedihkan ketika tau formulir pemesanan tiket kereta mas IA diterima sedangkan kami tidak 😟

Kami benar-benar kurang paham, mengapa sesusah ini untuk membeli tiket kereta bagi foreigner.Sampai pukul 11.00 siang, kami masih terdampar di Stasiun Old Delhi, dan saat itulah kami berpisah dengan mas IA karena kami memutuskan untuk ke Jaipur menggunakan bus.
Untungnya kami sedikit dihibur dengan keadaan WiFi stasiun yang lumayan cepat, jadi bisa mengontak teman yang ada di Jaipur 😍

Sekitar pukul 12.00 siang, kami putuskan untuk menggunakan moda transportasi mobil online menuju Inter State Bus Terminal (ISBT) Kashmere Gate yang berjarak tidak jauh dari  Stasiun Old Delhi. Ini juga atas saran teman kami.



Flood - on the way to ISBT Kashmere Gate


ISBT Kashmere Gate adalah semacam terminal bus yang kapan saja bisa dipesan tiketnya. Lewat terminal bus tersebut ada bus tujuan Jaipur. Jika di Indonesia mungkin seperti terminal bus Giwangan di Yogyakarta.



ISBT Kashmere Gate from outside


Bagi sahabat yang ingin membeli tiket bus ke Jaipur, begitu memasuki area terminal, harus melewati security check dahulu. Pengecekan dipisah antara lelaki dan perempuan. Setelah itu, turun ke LG dengan menggunakan lift. Begitu keluar, menuju ke kiri pintu lift dan mengantre pembelian tiket bus. Hanya ada satu PC yang digunakan untuk melayani seluruh penumpang, jadi lumayan lama mengantre. 

ISBT Kashmere Gate from inside


Kebetulan, saat itu koneksi internet di LG sedang buruk, sehingga kami diarahkan untuk naik kembali ke lantai G untuk membeli tiket di sana. Pembelian tiket bus sangat mudah bagi foreigner. Tidak perlu menunjukkan paspor, hanya menyebutkan nama saja sudah digenggaman tangan tiket bus menuju JaipurπŸ˜ƒ



Bus ticket from Delhi to Jaipur


Harga tiket untuk kelas yang kami naiki sebesar 705 rupee per person.


Saatnya berteman dengan local people πŸ’š


Kurangkum hari ini,


"Bagaimana aku begitu berani mengharap ridha-Mu, padahal aku masih tetap aku..."

"Dan bagaimana aku takkan mengharap, padahal Engkau masih tetap Engkau... Allah"



- to be continued-






End 2021 : Drop Some Words

Assalamu'alaikum sahabat, lama tidak saya sapa. Semoga selalu sehat dan baik dalam hidup Anda semua. Amin. Sejujurnya, saya sedang memik...